Fungsi TV Tuner pada Antena Televisi
- Penguat RF (RF Amplifier) atau Penguat Frekuensi Tinggi,
- Mixer (pencampur) dan
- Local Oscillator (Osilator lokal)
1. Penguat RF (Penguat Frekuensi Radio)
Penguat frekuensi tinggi, seperti namanya, penguat ini berfungsi untuk menguatkan sinyal frekuensi radio yang diterima oleh antena. Penguat RF ini harus mempunyai karakteristik penguatan yang merata pada seluruh bidang frekuensi dan mempunyai perbedaan penguatan antar saluran / kanal yang sekecil mungkin.
Karena rasio S/N (perbandingan sinyal terhadap noise) ditentukan oleh penguat RF ini, maka penguat RF harus mempunyai penguat (gain) yang cukup besar. Namun juga harus tetap mendapatkan distorsi yang kecil, bila ternyata gelombang yang diterima sudah cukup besar.
Untuk itulah maka ditambahkan rangkaian kontrol penguat otomatis (AGC / Automatic Gain Control) yang diumpan balik-kan pada rangkaian penguat RF ini.
2. Pencampur (Mixer)
Fungsi dari mixer adalah untuk mencampur gelombang radio yang telah diterima antena yang sudah dikuatkan oleh penguat RF dengan keluaran osilator lokal sehingga didapatkan sinyal IF (Intermediate Frequency) yang merupakan selisih dari kedua frekuensi yang dicampur tersebut.
Frekuensi pembawa sinyal yang dikeluarkan rangkaian mixer ini adalah dibuat tetap yaitu sebesar 38,9 Mhz yang merupakan frekuensi pembawa gambar yang didalamnya juga terdapat sinyal sinkronasi dan frekuensi sebesar 33,4 Mhz yang merupakan frekuensi pembawa suara.
3. Osilator Lokal (Local Oscillator)
Fungsi dari osilator adalah membangkitkan frekuensi yang kemudian dicampur dengan frekuensi yang diterima antena sehingga dihasilkan frekuensi IF, frekuensi osilator lokal bisa diubah-ubah sesuai dengan saluran/kanal yang dipilih. Osilator lokal harus sangat stabil, karena bila osilator lokal mudah tergeser maka suara dan gambar tidak bisa direproduksi dengan sempurna.
Untuk menghasilkan ke-stabilan ini maka ditambahkan rangkaian kontrol AFT (Automatic Frequency Tuning) atau AFC (Automatic Frequency Control) yang berfungsi untuk mendeteksi pergeseran frekuensi pembawa sinyal IF gambar yang selanjutnya diumpan balikkan ke osilator lokal, sehingga osilator lokal di-stabilkan oleh tegangan umpan balik tersebut (tegangan AFT/AFC)
Kaki-kaki Pada Tuner (Pin-pin pada tuner)
Pada beberapa jenis, tuner mempunyai kaki lebih dari 15 pin, tetapi beberapa lainya hanya mempunyai 5 pin saja. Banyak sedikitnya pin tersebut tergantung dari seberapa komplek rangkaian pada tuner tersebut.
Karena ada beberapa jenis tuner yang sudah digabungkan dengan penguat IF-nya dalam sebuah blok. Sehingga kaki-kaki dari tuner tersebut menjadi banyak. Secara umum tuner mempunyai kaki dengan fungsi IF, B+, AGC, AFT, VT dan pemilih BAND.
Berdasarkan fungsi kaki ini, khususnya pada kaki pengontrol pemilih Band dan tegangan tuning (tala) tuner bisa dikelompokkan menjadi 3 kelompok yaitu :
- Tuner Analog
- Tuner Digital
- Tuner Semi Digital
Perbedaan mendasar dari sebuah tuner dengan sistem pengontrolan analog terhadap tuner dengan sistem pengontrolan digital adalah sebagai berikut:
Pada tuner dengan sistem pengontrolan digital, fungsi VT dan pemilih Band di proses didalam tuner sehingga pin VT, VL, VH dan VU yang terdapat pada tuner analog digantikan dengan pin SCL, SDA dan tegangan supply 33 volt.
Sedangkan untuk tuner dengan sistem pengontrolan semi digital, hanya pin pemilih band saja diproses didalam tuner, sehingga pin yang semula VL, VH, dan VU digantikan dengan pin B1 dan B2.
Tabel dan Fungsi Pin TUNER
Berikut ini adalah daftar tabel dari fungsi kaki (pin) pada Tuner dengan sistem pengontrol Analog
Nama Kaki | Nama Lain | Fungsi | Keterangan |
IF | Keluaran IF | ||
BM | B+ | Tegangan Vcc Tuner | 5,9 atau 12 Volt tergantung Type-nya |
AFC | AFT | Input tegangan pengontrol frekuensi otomatis, menjaga kestabilan frekuensi | Tegangan berubah saat frekuensi tergeser |
BL | VLH, VL | Memilih BAND VHF Low (48-82 Mhz) atau kanal 7-13 | 0 Volt = Non aktif, setara dengan Vcc = Aktif |
BH | VH | Memilih BAND UHF High (175-224 Mhz) atau Kanal 7-13 | 0 Volt = Non aktif, setara dengan Vcc = Aktif |
BU | VU | Memilih BAND UHF High (471-855 Mhz) atau Kanal 14-83 | 0 Volt = Non aktif, setara dengan Vcc = Aktif |
AGC | Masukan tegangan pengontrol penguatan otomatis (AGC) | Signal lemah, tegangan naik, Signal kuat tegangan turun | |
BT | VT | Masukan tegangan pengontrol frekuensi tuning (Voltage Tuning) | 0 – 33 volt |
Berikut ini adalah daftar tabel dari fungsi kaki (pin) pada Tuner dengan sistem pengontrol Semi Digital
Nama Kaki | Nama Lain | Fungsi | Keterangan | |||||
IF | Output IF | |||||||
BM | B+ | Tegangan Vcc Tuner | 5.9 atau 12 Volt tergantung Type-nya | |||||
AFC | AFT | Input tegangan pengontrol frekuensi otomatis, menjaga kestabilan frekuensi | Tegangan berubah saat frekuensi tergeser | |||||
B1 | V1 | Memilih BAND VHF Low, VHF Low, UHF | 0 | VHF LOW | 1 | VHF High | 1 | UHF |
B2 | V2 | Memilih BAND VHF Low, VHF Low, UHF | 1 | 0 | 1 | |||
AGC | Input tegangan pengontrol penguatan otomatis (AGC) | Saat signal lemah, tegangan naik, saat signal kuat tegangan turun | ||||||
BT | VT | Input tegangan pengontrol frekuensi tuning (Voltage Tuning) | 0 – 33 volt |
Berikut ini adalah daftar tabel dari fungsi kaki (pin) pada Tuner dengan sistem pengontrol Digital
Nama Kaki | Nama Lain | Fungsi | Keterangan |
IF | Keluaran IF | ||
BM | B+ | Tegangan Vcc Tuner | 5.9 atau 12 Volt tergantung Type-nya |
AFC | AFT | Masukan tegangan pengontrol frekuensi otomatis, berguna menjaga kestabilan frekuensi | Tegangan berubah saat frekuensi tergeser |
SCL | Serial Clock | 5 Volt | |
SDA | Serial Data | 5 Volt | |
AGC | Masukan tegangan pengontrol penguatan otomatis (AGC) | Signal lemah, tegangan naik, Signal kuat tegangan turun | |
BT | VT | Supply tegangan frekuensi tuning | 33 volt |
Berikut ini adalah daftar tabel susunan kaki Tuner yang ada di pasaran

Type/Model | 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 |
2-3-1 | AGC | BT | B2 | B1 | BM | IF | |||||
6-1 | AGC | BT | BU | BH | BL | BM | IF | ||||
JCH5912EV-B | AGC | BT | BU | BH | BL | BM | AFC | IF | |||
JCH5912EV-B | AGC | BT | NC | B2 | B1 | BM | AFC | GND | NC | GND | IF |
7-1, 113-118 | BU | BT | BH | AGC | BL | AFC | BM | IF | |||
FSDA0ST-3 | AGC | AS | AS | SDA | NC | BP | BT | NC | NC | NC | IF |
Gejala kerusakan yang sering kali terjadi pada Tuner
Berikut ini adalah gejala yang sering kali ditemui pada televisi yang bisa menunjukkan bahwa tuner kemungkinan dalam kondisi sudah rusak. Namun Gejala-gejala tersebut harus dibarengi dengan proses pengukuran tegangan masukan pada kaki-kaki tuner dan sinyal masukan dari antena.
Apabila hasil pengukuran tegangan masukan dan sinyal masukan dari antena dalam kondisi normal, namun tetap saja keluar gejala-gejala seperti yang ditampilkan pada tabel berikut ini, maka blok tuner dapat dipastikan dalam kondisi sudah rusak.
Gejala | Hasil Pengukuran | Kerusakan |
Penerimaan sinyal lemah (noise) | Tegangan AGC normal, Sinyal antena kuat | Penguat RF |
Tidak dapat menerima siaran sama sekali | Tegangan VT, AGC, pemilih band normal | Penguat RF, Mixer, Osilator lokal |
Tidak dapat menerima siaran pada salah satu band | Tegangan pemilih band normal | Osilator lokal |
Frekuensi bergeser | Tegangan VT normal, AFT normal | Osilator lokal |
Sebelum melakukan penggantian blok pada tuner, coba dahulu lakukan penyolderan ulang pada setiap solderan komponen dalam tuner yang kemungkinan solderanya terjadi keretakan setelah sekian lama dipakai,
Karena terkadang tuner bisa kembali normal setelah melakukan penyolderan ulang, solderan yang rusak/retak penyebabnya yaitu suhu dalam tuner yang tinggi ketika tuner bekerja. Suhu yang meningkat tersebut membuat timah solder meleleh sehingga menyebabkan solderan jadi retak/rusak.